Herman Malik (50) (kanan) karyawan swasta tinggal di Jl Sukabangun RT 08/02 Kelurahan Sukarame, Palembang didampingi Dirut RSK Charitas Prof dr Hardi Darmawan (kiri) memperlihatkan batu buli-buli berat 2,8 kg dan foto hasil operasi yang dilakukan Tim Dokter RSK Charitas, Kamis (27/11).
Batu seberat 2,8 kilogram (kg) berhasil diangkat dari kantung kemih (buli-buli) Herman Malik (50) melalui proses operasi bedah di RSK Charitas. Hasil penelitian biokimia Universitas Unsri di dalam batu itu terkandung unsur oksolan, fosfat dan urat yang mengendap kurang lebih selama 35 tahun lebih.
Tim dokter yang dipimpin dr Arizal Agoes, SpB-SU dan dr Saruf Singh, SpB semula mengira benjolan di kantung kemih Herman Malik adalah tumor perut. Namun, setelah diperiksa dan melibatkan dokter spesialis lainnya maka dipastikan benjolan itu bukan tumor tetapi batu buli-buli sehingga dilakukan operasi.
Hasilnya sungguh mengejutkan, batu tersebut memiliki berat 2,8 kg dengan ukuran 20×12 centimeter. “Banyak faktor terjadinya batu di kantung kemih. Bisa dari batu kalsium, batu infeksi atau batu asam urat. Namun, pengendapan ini terjadi karena pasien kurang banyak minum dan saluran kencing tersumbat. Ini pemicu awalnya,” kata Arizal Agoes.
Sementara Dirut RSK Charitas, Prof dr Hardi Darmawan, kepada wartawan mengatakan, batu buli-buli yang ditemukan di kantung kemih Herman Malik, adalah terbesar dan terberat di Indonesia bahkan di dunia.
Dari jelajah dunia internet yang dilakukan, kasus serupa terjadi di Taiwan, hanya saja beratnya 1,5 kg, pasien di Israel juga mengalami hal sama tetapi berat batunya hanya 1 kg. Sedangkan di Eropa kebanyakan hanya 1 kg.
Berat batu yang kita temukan, ternyata terbesar di dunia. Saya akan usulkan ke MURI (Museum Rekor Indonesia-Red) bahkan dokter spesialis bedah akan membawanya pada kongres di Surabaya sebagai laporan kasus terbaru, katanya.
From: pat tunggono