Prakata : Pada masa penjajahan Belanda diNederland Indie, Indonesia sekarang, Pemerintah Kolonial melaksanakan program Trilogi, yaitu irigasi, transmigrasi dan edukasi atau pendidikan, Ketiga program tersebut sampai sekarang setelah 63 tahun merdeka masih terus berlangsung dan berkelanjutan
PENDIDIKAN BANGSA SEBUAH RENUNGAN
Oleh : Drs. Machdar Somadisastra
Pendidikan adalah proses sosialisasi anak yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap antar nilai-nilai untuk menjadi orang dewasa sehingga meraih status dan peran dalam masyarakat. Pendidikan selama ini berfungsi sebagai institusi yang meariskan kebudayaan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya, juga berfungsi mengembangkan kebudayaan. Dalam kaitan itu pendidikan berperan pula sebagai satuan mobilitas sosial, bagi mereka menikmatinya dapat mengubah stratifikasi sosialnya, statusnya atau kedudukannya dalam masyarakat. Pada intinya pendidikan berfungsi mengembangkan kebudayaan sehingga membawa kemajuan bagi masyarakat.
Pada masa penjajahan Belanda diNederland Indie, Indonesia sekarang, Pemerintah Kolonial melaksanakan program Trilogi, yaitu irigasi, transmigrasi dan edukasi atau pendidikan, Ketiga program tersebut sampai sekarang setelah 63 tahun merdeka masih terus berlangsung dan berkelanjutan. Sesuai dengan kepentingan politik dan ekonominya Pemerintah penjajah membuka pendidikan dasar untuk golongan bumiputra, untuk memenuhi kebutuhan pegawai di tingkat bawah seperti sekolah dasar 3 tahun, sekolah dasar 5 tahun atau sekolah sambungan (2 tahun setelah sekolah dasar 3 tahun) disamping itu didirikan pula sekolah dasar dengan pengantar bahasa Belanda 7 tahun (HIS). Eropesche Lagere School (ELS) untuk orang Belanda dan Bumiputra terpilih dalam rangka politik diskriminasi.Di ibukota karesidenan didirikan MULO setingakt SLTP dan di Kota-Kota besar yang penting didirikan AMS dan HBS setingkat SLTA. Sekolah guru bantu (Normaal School) didirikan untuk mendidik guru-guru Sekolah Rakyat.
Untuk pendidikan tinggi di Jakarta didirikan sekolah kedokteran dan sekolah hukum, di Bandung sekolah tehnik dan di Surabaya sekolah kesehatan, golongan bumiputera yang menikmati pendidikan menengah dan pendidikan tinggi relatif sedikit jika dibanding dengan jumlah penduduk bumiputera. Hanya mereka dari sebagai lapisan menengah dan keatas. Dan sebagaian dari mereka itu pula yang menjadi pendiri dari penggerak kebangkitan dan kemrdekaan bangsa. Mereka itu pula pejuang dan pelopor pembangunan kebudayaan bangsa yang sudah merdeka.
Sejak tahun 1945 sampai tahun 1950 telah banyak yang dapat dibicarakan saat pendidikan kita masih terlibat dalam perang, mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang datang kembali. Mulai tahun 1950 Republik Indonesia mulai berubah-ubah menata diri dan mulai tahu tentang banyaknya orang buta aksara, jadi penduduk yang berpendidikan menengah dan tinggi terbatas sekali. Pembangunan dimulai dengan pendirian sekolah-sekolah, sekolah dasar (6 tahun) sekolah menengah pertama (3 tahun) sekolah menengah atas (3 tahun) pendirian sekolah sekolah kejuruan sekolah tehnik pertama (3 tahun) sekolah tehnik menengah (3 tahun) sekolah guru B (4 tahun) sekolah guru A (3 tahun) sekolah guru pendidikan tehnik, sekolah pertanian menengah atas (SPMA) pendidikan guru agama (4 tahun) pendidikan guru agama A (3 tahun) dan penyelenggaraan pendidikan masyarakat (sekarang pendidikan luar sekolah) seperti kursus pemberantasan buta huruf (PBH) kursus kader masyarakat (KKM) dan lain-lain, pada tahun 1969 menjelang Repelita pertama dapat diketahui bahwa hasil pembangunan dalam bidang pendidikan jauh dari pemenuhan kebutuhan, daya tampung rendah, mutu rendah, relevansi rendah. Barangkali dapat pula dimaklumi pada masa itu tiada ketentraman, konflik di mana-mana dipusat maupun di daerah-daerah yang mencapai puncaknya pada tahun 1965 terjadi bencana nasional G-30S PKI yang penyelesaiannya baru berakhir pada tahun 1969.
Mulai tahun 1969 dirancang dan dilaksanakan rencana pembangunan 5 tahunan dalam segala bidang termasuk pembangunan bidang pendidikan, segala daya dan sumber dari dalam dan luar negeri dilaksanakan untuk memenuhi daya tampung dengan dibangun sekolah-sekolah baru, untuk memenuhi daya tampung murid SD dibangun SD Inpres sesuai Intruksi Presiden untuk membangun SD di daerah-daerah, dan diaerah-daerah terpencil didirikan SD kecil. Daya tampung SMP dan SMA berangsur-angsur diringkatkan, termasuk diberikannya kesempatan kepada pihak swasta untuk menyelenggarakannya. Didirikan pula dengan sekolah-sekolah kejuruan, Perguruan Tinggi Negeri dan swasta timbul di kota-kota besar, sedangkan di kota-kota kecil bagi mereka yang tidak berkesempatan menikmati pendidikan sekolah (pendidikan formal) Pemerintah memperluas kesempatan untuk menikmati pendidikan melebihi pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) seperti pemberantasan buta aksara, kejar paket A (setara SD) kejar paket B (setara SMP) kejar paket C (setara SMA) dan kursus-kursus atau pelatihan berbagai ketrampilan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, berbagai upaya dilaksanakan seperti : penyempurnaan dan perubahan kurikulum, penataan guru, penerbitan buku-buku pelajaran, penyempurnaan alat-alat pendidikan dan lain-lain. Pengiriman tenaga keluar negeri pun dilaksanakan. Dana bantuan luar negeri dan bantuan Internasional diraih dalam rangka peningkatan mutu.
Tidak banyak yang diperoleh dalam peningkatan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat karena muncul konsep-konsep sekolah harus siap pakai, link and match dan lain-lain, tap kesemua itu sebagaian besar dalam tatanan wacana.
Pendidikan sebagai proses tidak berlangsung dalam kondisi wacana, pendidikan berlangsung dalam masyarakat yang terus berubah sebagai dampak pembangunan. Pandangan fragmatik mulai mengusur pandangan idealis, kebersamaan mulai terkikis gejala individualistik, kecenderungan matrealistik dan konsumtif, kejujuran dan keadilan mulai tergerus, iklim sosial semacam ini langsung dan tidak langsung mempengaruhi pendidikan.
Di ujung, di kala terjadi krisis moneter Internasional, hasil pembangunan, ternyata rapuh, bukan saja ekonomi dan politik, sosial pun rapuh, terjadilah krisis yang multi dimensi, termasuk krisis kepercayaan, solusi untuk mengatasi masalah ini ditempuh Reformasi, apa yang terjadi dengan pendidikan pada masa Reformasi ini? Kualitas, kuantitas, relevansi meningkat ? pelayanan lebih prima? Uang sekolah lebih murah?Menghasilkan lulusan yang bermoral, cerdas dan terampil? Mudah-mudahan.