Pada hari Rabu tanggal 10 Juli 2013 yang baru lalu Keluarga Besar Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Timur dan Yayasan BK3S Jawa Timur mendapat musibah besar yang bukan alang kepalang besarnya. Saya dan istri menjelang menunaikan sholat Subuh, mendengar anak laki laki kami satu satunya Widhy sambil memegang gadget BB berteriak :” Ayahnya Dedy meninggal dunia!”. Saya dan istri yang tidak ngeh siapa yang dimaksud dengan Dedy ini serepak bertanya : “ Dedy siapa ?” Jawab Sui Widhy :” Itu lho temannya bapak di BKKKS yang dosen IKIP!”. Giliran saya dan istri berteriak : “ Pak Machdar wafat!” Selanjutnya istri saya dengan suara yang bernada tinggi dan terbata bata menelepon Bu Tarjo (Ketua I BKKKS dan Pembina Yayasan) dan Mbak Wiwik (Kepala Sekretariat BKKKS dan Yayasan) mengabarkan berita duka ini. Baru menelepon kawan kawan yang lain.
Ternyata berita berpulangnya Pak Machdar memang sudah beredar di BBM khususnya di grup yang anak kami si Widhy ikut menjadi anggotanya. Menurut keterangan keluarga, Pak Machdar ikut mulai berpuasa Ramadhan pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2013. Setelah berbuka puasa hari pertama itu beliau menelepon Bu Machdar yang pulang dulu dari menghadiri pertemuan keluarga besar Machdar Somadisastra di Bandung. Sedangkan Pak Machdar terus ke Jakarta dan menginap dirumah putri beliau yang kedua. Dari percakapan kala itu sama sekali tidak ada tanda tanda bahwa Pak Machdar mempunyai keluhan karena sakit dan sebagainya. Dari sore sampai malam hari Pak Machdar bercengkrama dengan anak cucu yang di Jakarta dan juatru ketika akan makan sahur Pak Machdar mengeluhkan dadanya yang sakit. Oleh putra dan menantu beliau langsung dibawa ke rumah sakit. Namun setelah sampai di rumah sakit dokter yang memeriksa menyatakan bahwa Pak Machdar sudah tiada. Bahkan menurut Dedy putra bungsu beliau; kemungkinan ayahnya sudah meninggal ketika masih di rumah. Innalillahi wa inailaihi rojiun.! Drs H Machdar Somadisastra berpulang menghadap Illahi Robbi hanya beberapa hari sebelum ulang tahun beliau yang ke 75 tanpa menderita sakit yang berkepanjangan. Memang penyebab kematian beliau adalah “serangan jantung”.
Beliau sempat menunaikan ibadah puasa Ramadhan hari pertama. Sungguh suatu proses kepergian yang sangat ideal sekali. Insyaallah beliau tergolong kepada mereka yang keparingan chusnul khotimah dan ahli sorga! Amiin Amiin Ya Robal Alamin.
Saya berkenalan dengan Pak Machdar sudah lebih 25 tahun dan berinteraksi dengan sangat intensif sejak 20 tahun yang lalu semenjak saya ditunjuk menjadi Wakil Ketua BKKKS Propinsi Jatim yang kala itu Ketua Umumnya adalah Ny. Hj. Mariani Basofi Soedirman. Kami mempunyai persamaan yang kenthal sekali yakni sebagai aktivis yang sangat kritis terhadap pemerintah. Pak Machdar yang sempat menjabat sebagai Pembantu Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya) adalah Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan lulusan IKIP Bandung adalah dosen senior yang aktip dalam proses menjadikan IKIP Surabaya. Almarhum adalah seorang peneliti masalah sosiologi-kemasyarakatan yang hebat dan penulis yang handal. Kemampuan meneliti dan menulisnya jauh melebihi kemampuan retorikanya. Beliau bisa dikategorikan sebagai seorang yang “bicara seperlunya”. Namun bukan karena beliau takut bicara justru sebaliknya beliau kalau sudah punya pendapat akan blak blakan. Tidak peduli menyangkut masalah apa dan siapa yang akan terkena.
Pak Machdar yang dalam usia dan karir sebagai dosen jauh lebih senior dari saya merasa cocok dengan saya karena saya mengembangkan kepemimpinan kolektip dilingkungan BKKKS Propinsi Jatim. Organisasi Sosial Koordinatip yang dalam sejarahnya dibentuk dengan nuansa yang sangat feodalistis birokratis. Kami garap dengan mengembangkan suasana yang cair dimana setiap orang mempunyai kebebasan penuh untuk menyampaikan pendapat, usulan dan ketidak setujuannya. Pak Machdar adalah pengagas dan bidan lahirnya bulletin yang kemudian menjadi Majalah Warta Sosial BKKKS Propinsi Jawa Timur. Ketika itu bulletin tersebut hanya sempat terbit dua kali dan kemudian mati suri. Baru kemudian setelah saya menjadi Wakil Ketua dan saya berhasil minta persetujuan dan tentu saja anggaran penerbitan dari Bu Basofi maka Majalah Warta Sosial bisa terbit secara berkala dengan jauh lebih pasti. Tentu saja hal ini sangat membahagiakan hati Pak Machdar Somadisastra Sang Founding Father.
Saya dan Pak Machdar sering bersama sama menghadiri forum forum seminar, konferensi dan loka karya tentang masalah sosial baik yang tingkat rejional, nasional maupun internasional. Terus terang saja saya yang kebetulan terdidik sebagai sarjana ekonomi banyak belajar tentang teori dan fenomena sosial dari beliau. Dalam hal ini almarhum adalah seorang yang cendekia dibidangnya dan sampai akhir hayatnya sangat gemar menambah pengetahuan dengan membaca , membaca dan membaca. Saya yang banyak beli buku dan sebagian besar yang membaca sampai tuntas justru Pak Machdar.
Seminggu sebelum beliau wafat saya tinggal berdua diruang pengurus BKKKS Jatim. seperti biasa kami berbincang bincang tentang situasi dan kondisi dari bangsa dan negeri tercinta Indonesia. Beliau sangat mendambakan terwujudnya Indonesia yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. Beliau sangat benci sekali terhadap para politisi yang justru menikmati dan mengembangkan politik uang dengan mengeksploitir kebodohan rakyat. Pesimisme tidak dapat diingkari telah merajuk sukma Pak Machdar dan saya manakala melihat trend perjalanan bangsa Indonesia dibidang sosial, budaya , pendidikan dan moral. Kami punya pertanyaan yang sama; “ Masih adakah harapan untuk mewujudkan masa depan yang gilang gemilang bagi Indonesia?”
Sebagai muslim Pak Machdar bergulat dengan keinginan untuk menjadikan diri beliau dari hari kehari menjadi kaffah dan zuhud. Kalau tidak berhalangan karena sakit pastilah Pak Machdar melaksanakan puasa Senin Kamis. Beliau selalu berusaha sholat wajib tepat waktu. Sebelum terdengar adzan sudah mengambil air wudhu. Seorang Muslim yang Nasionalis dan Pancasilais yang sudah sejak lama memahami apa itu konsep pluralism dan multikulturalisme Indonesia dan diamalkannya dalam kehidupan nyata. Kehidupan yang sangat sederhana dan bersahaja adalah ciri beliau yang tentu saja diilhami oleh beliau dari kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sehingga saya tidak segansegan untuk menawarkan kue yang kebetulan tidak saya makan kepada beliau untuk dibawa pulang. Kacang tanah goreng sangan dari desa Banjarsari sangat beliau suka. Meskipun tinggal separo bungkus saya persilahkan untuk beliau bawa pulang dan beliau terima dengan roman muka yang penuh sukacita. Pak Machdar yang idealis, bersahaja dan sangat agamis. Pengalamana yang tidak akan saya lupakan adalah ketika kami berdua ikut menjadi official dari kontingen Indonesia dalam Abylimpic Internasional di Perth Australia. Saya tidur sekamar dengan almarhum dan banyak berdiskusi tentang bagaimanaAustralia yang sudah begitu peduli terhadap penanganan masalah masalah kesejahteraan sosial khususnya para penyandang cacat (disabilitas). Kami bermimpi kapan Indonesia akan punya pemimpin dan pemerintah yang peduli dan punya komitmen tinggi dalam bidang penanganan masalah kesejahteraan social dalam arti yang seluas luasnya!
Pak Machdar telah pergi dengan mendadak, pekerjaan rumah masih banyak yang belum terselesaikan, apalagi mimpi-mimpi masih terus menggelanjut dalam warna taram temaram di negeri tercinta ini. Selamat jalan Pak Machdar, kakanda mungkin sekarang dalam posisi bias tersenyum melihat kami yang dengan terseok seok dan napas tersengal sengal masih harus meneruskan perjuangan andhika. Bahkan kakanda tidak sempat mengikuti Munas DNIKS dan KNKS VII yang BKKKS Jatim menjadi tuan rumahnya. Betapa sayangnya. Tapi apa mau dikata Allah SWT berkehendak dan menentukan lain. Bagaimana pula kelanjutan perjuangan mengamalkan Pancasila secara utuh dengan penekanan kepada sila yang kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Adakah generasi muda yang siap sedia mengambil tongkat estafet perjuangan? Hanya Allah SWT semata yang tahu akan nasib bangsa Indonesia. Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Berkehendak yang RencanaNya Pasti Terjadi.
Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan Sobat dan Kawan Perjuangan dibidang Kerelawanan Sosial Drs H Machdar Somadisastra; menerima amal sholehnya dan memberikan tempat sebaik baiknya di sisiNya. Amiin-Amiin Ya Robal Alamin.
Oleh : (DR. H. Tjuk Kasturi Sukiadi, SE
Ketua Umum BKKKS Prov. Jatim)