Salah satu model korporasi yang menjalankan pengelolaannya berbasis social entrepreneurship di Jawa Timur adalah Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan (BKKKS) Jawa Timur. BKKKS Jawa Timur yang didirikan sejak tahun 1976 merupakan suatu korporasi dengan visi “Terwujudnya masyarakat Jawa Timur yang peduli dan berperan aktif dalam pembangunan sosial dan kesejahteraan sosial” menjalankan menejemen organisasi melalui prinsip entrepreneurship
KONSEPSI BKKKS PROV. JATIM SEBAGAI SEBUAH MODEL “SOCIAL ENTREPRENEURSHIP”: MERUBAH PARADIGMA RELAWAN SOSIAL DALAM BERBISNIS
Lima belas tahun setelah reformasi digulirkan, masyarakat pinggiran belum merasakan dampaknya. Angka kemiskinan di Jawa Timur tidak merangkak jauh, kemiskinan absolute pada bulan September 2013 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencapai angka 4.865,82 ribu orang (12,73 persen) dari jumlah penduduk Jawa Timur 37,879713 orang. Orang Miskin, kata Amartya Sen mengutip pernyataan Gandhi dalam dominasi karakteristik 4 L: the Last (selalu tercecer di akhir dengan perolehan kesempatan paling akhir), the Lowest (yang terendah, baik dalam persepsi masyarakat maupun diri mereka sendiri), the Least (selalu memperoleh sesuatu yang paling sedikit, dan dengan sedikit juga cukup), and the Lost (kehilangan arah dengan respon yang tidak menentu). Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Kondisi ini mengisyaratkan dibutuhkan pemikiran dan penanganan yang serius dan komprehensif. Namun kenyataannya penanganan yang dilakukan pemerintah masih terkesan eforia sekedar memberikan bantuan kucuran uang tidak meletakkan mekanisme dan system yang baik. Salah satu program yang pernah digulirkan pemerintah dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) adalah salah satu mekanisme yang justru merusak moral dan semangat masyarakat pinggiran untuk berdaya bukan malah dididik menjadi pengemis. Kondisi ini lebih diperparah lagi pemberikan bantuan sosial kepada masyarakat miskin yang mencapai angka triliun dibungkus dalam ajang kampanye. Masyarakat miskin masih diposisikan sebagai obyek yang secara paksa martabatnya sebagai insan sesama ciptaan Allah juga ikut terampas. Mengingat sangat kompleksnya persoalan-persoalan sosial, maka sudah waktunya bagi pekerja sosial untuk berdiri tegak dan melibatkan diri dalam naluri bisnis social entrepreneurship.
Salah satu model korporasi yang menjalankan pengelolaannya berbasis social entrepreneurship di Jawa Timur adalah Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan (BKKKS) Jawa Timur. BKKKS Jawa Timur yang didirikan sejak tahun 1976 merupakan suatu korporasi dengan visi “Terwujudnya masyarakat Jawa Timur yang peduli dan berperan aktif dalam pembangunan sosial dan kesejahteraan sosial” menjalankan menejemen organisasi melalui prinsip entrepreneurship dengan karyawan sejumlah 28 orang yang didedikasikan untuk aktivitas sosial. BKKKS merupakan suatu korporasi independen non pemerintah dengan mengelola asset untuk membiayai gaji karyawan, klinik untuk kemanusiaan dan program-program kesejahteraan sosial bagi masyarakat pinggiran dan termarjinalkan.
Bagaimana BKKKS Jatim menjalankan visi dan misi untuk kemanusiaan dengan mengelola asset secara professional dan merubah paradigm para pekerja sosial – relawan sosial untuk mandiri dan berdiri tegak dalam berbisnis sosial, dipaparkan dalam BKKKS Jawa Timur sebagai model korporasi social entrepreneurship.
Relawan dan Pekerja Sosial
Pekerjaan sosial di Indonesia merupakan profesi yang belum banyak diketahui masyarakat. Sebagian besar masyarakat masih beranggapan pekerja sosial identik dengan relawan. Padahal secara substansi antara pekerja sosial dan relawan memiliki perbedaan cara kerja dan mekanisme pertolongan kepada para penyandang masalah sosial.
Relawan adalah seorang yang senantiasa melaksanakan tugas pelayanan mendasarkan atas keterpanggilan jiwa dengan landasan operasional kemauan. Tujuan pelayanan adalah menolong sesama untuk kepuasan batin melalui proses sesuai kemauan dengan pendekatan kemanusiaan. Target pelayanan tidak terbatas melalui bentuk layanan philanthropy atau dorongan amal (charity) dengan motivasi keterpanggilan. Dalam buku saku Ikatan Relawan Sosial Indonesia, relawan atau volunter (dari bahasa Inggris volunteer) adalah orang yang dengan sukarela (tanpa diwajibkan atau tanpa dipaksa) memberikan waktu, tenaga, pikiran (keahlian), uang dan harta bendanya atau gabungan semuanya untuk membantu orang lain tanpa pamrih untuk mendapat kompensasi finansial, pujian atau ganjaran lainnya. Dengan semboyan “Siap, Sukarela, Sukacita, Menolong Sesama, Sepanjang Masa dengan dan karena CINTA”
Pekerja sosial adalah seorang yang melaksanakan tugas pelayanan berdasarkan pada Ilmu pekerjaan sosial, seni dan keterampilan tehnik yang menggunakan landasan operasional pendidikan profesi pekerjaan sosial dengan kompetensi lulusan pekerjaan sosial. Tujuan pekerja sosial adalah menolong klien supaya dapat menolong dirinya sendiri menggunakan metode dan teknik pekerjaan sosial yang bekerja dengan kode etik pekerjaan sosial. Menurut Undang-Undang nomor 11 tahun 2009 pekerjaan sosial merupakan semua keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. Menurut Lee (2009) Keterpaduan Body-Mind-Spirit pekerjaan sosial adalah upaya untuk lebih memperluas model implementasi pekerjaan sosial yang ada dan mengintegrasikan orientasi yang lebih holistik berdasarkan filosofi Timur dan teknik terapi untuk menciptakan perubahan yang efektif, positif, dan transformatif dalam diri individu dan keluarga. Pengembangan keterpaduan pekerjaan sosial mengacu pada filsafat timur terutama teori yin-yang, Budhdhism, dan Taoisme. Fokus utama pekerjaan sosial menurut (Max Siporin, Charles Zastrow, Rex A. Skidmore dan Milton G. Thackery) adalah profesi pertolongan yang ditujukan untuk membantu orang baik individu maupun kelompok dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya (social functioning). Keberfungsian sosial dapat dipandang dari sudut kemampuan melaksanakan peran sosial, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial. Kondisi ini menunjukkan bahwa solusi untuk melaksanakan pekerjaan sosial dibutuhkan financial yang luar biasa, sekarang saatnya bagi pekerja sosial untuk merubah paradigma kemandirian dalam beraktivitas melalui kewirausahaan sosial. Pekerja sosial akan mendapatkan solusi yang kreatif untuk menjalankan fungsinya melalui bisnis sederhana dalam kewirausahaan sosial.
BKKKS Jatim Sebagai Model Korporasi Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)
Entrepreneurship tidak hanya dapat mengatasi pengangguran, melainkan juga mengatasi kesenjangan kaya miskin tanpa harus menggunakan uang Negara. Menurut Rhenald Kasali wirausahawan sosial diperkirakan baru sekitar 0,002 persen. Salah satu di antaranya adalah Ketua Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Jawa Timur sekaligus sebagai Konsultan Yayasan (Dr. H. Tjuk Kasturi Sukiadi, SE) seorang ekonom dengan tangan dingin beliau melakukan reformasi dengan solusi social entrepreneurship. Beliau adalah pejuang perubahan yang tidak kenal menyerah, dengan pikiran besar beliau untuk menjadikan BKKKS sebagai korporasi yang mengedepankan kemandirian tidak tergantung pada keuangan pemerintah dan senantiasa konsisten memihak untuk kepentingan masyarakat marjinal dan terpinggirkan mencapai kesejahteraan sosial. BKKKS Jatim membangun usaha dengan mengelola asset bukan untuk mengambil deviden, melainkan untuk melakukan investasi sosial. BKKKS Jatim saat ini selain mengelola asset juga melakukan kegiatan ekonomi menjadi salah satu pemegang saham di BPR Syariah Jawa Timur agar mandiri dan berkelanjutan dalam membiayai program kegiatan kelompok kerja lansia dan perempuan, kelompok kerja disabilitas, kelompok kerja anak dan remaja, dan klinik kesehatan untuk membantu individu atau kelompok masyarakat marjinal dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya. BKKKS Jatim juga mengembangkan jejaring dengan beberapa perusahaan dan individu untuk memanfaatkan dana-dana philantrophy dalam menjalankan program kegiatan kemanusiaan dan ikut andil membantu dalam mengatasi masalah sosial yang dalam undang-undang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Pentingnya jalinan kerjasama untuk memecahkan masalah sosial dan membangun Negri Tanpa Pamrih yang bermartabat. BKKKS Jatim membangun social enterprise melalui solusi entrepreneurship senantiasa melakukan gerakan untuk merubah masalah sosial menjadi peluang, berorientasi pada pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat marjinal tanpa menunggu peran pemerintah, tidak mengharapkan “applause” dan nyata.
Konsep kewirausahaan sosial yang dijalankan BKKKS Jatim memiliki kebermanfaatan yang luas karena tidak hanya berhadapan kepada karyawan yang menjadi mitra kerja tetapi juga masyarakat luas. Keberadaan BKKKS bermula dari prakarsa Ibu Johana Sunarti Nasution dan di Jawa Timur diprakarsai oleh dr. Soerti dan ibu Warno yang meminta Ibu Soenandar Priyosudarmo menjadi ketua Yayasan BKKKS pada 17 Agustus 1976. Tiga puluh delapan tahun kiprah BKKKS Jawa Timur semakin hari jangkauannya semakin luas dan secara volume dan kuantitas semakin besar juga semakin baik yang secara otomatis sebagai konsekuensinya untuk membiayai semua kegiatan kemanusiaan membutuhkan pembiayaan yang semakin besar.
Peran jejaring melalui partisipas masyarakat luas, donasi , maupun sponsorship baik dari perusahaan swasta, BUMN, perorangan bisa membiayai kegiatan sosial BKKKS yang semakin hari secara volume, variasi, dan jangkauan yang semakin besar menjadi penting di samping mengandalkan surplus hasil kewirausahaan sosial yang dikelola oleh Yayasan. Menurut Pak Tjuk Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati para pahlawannya, dan pahlawan dari bangsa yang tidak lagi bertempur merebut kemerdekaan adalah pahlawannya adalah para relawan sosial. Beliau selalu menghimbau dengan sangat keras kepada seluruh manusia Indonesia baik yang tua, muda, remaja, apalagi kaya yang memiliki kemampuan untuk memperhatikan masalah-masalah penyandang kesejahteraan sosial yang masih banyak perlu perhatian kita, perlu uluran tangan kita, perlu keikhlasan tangan kita untuk berjuang mengorbankan sebagian dari kepentingan diri kita membantu mereka yang kurang beruntung dibandingkan diri kita yang menyandang disabilitas, yang menyandang kekurangan di beberapa hal menyangkut sosial ekonomi untuk diajak bersama sehingga kesejangan sosial semakin menyempit dan kehidupan bangsa ini akan lebih makmur yang berkeadilan dan adil yang berkemakmuran untuk semua warga bangsa. Salah satu binaan BKKKS Jatim yang saat ini membutuhkan partisipasi dan keikhlasan tangan masyarakat untuk bersedia mengangkat ibu asuh di antara para lansia miskin yang berada dalam wadah “homecare lansia” binaan BKKKS untuk mencapai kesejahteraan sosial yang masih perlu perhatian.
Program lain yang saat ini juga dijalankan adalah pemberdayaan anak-anak disabilitas rutin dilaksanakan setiap hari Jum’at juga membutuhkan relawan-relawan muda dari berbagai kompetensi vokasional agar mampu menjadikan anak-anak disabilitas berdaya dalam mencapai kesejahteraan hidupnya dan yang terpenting mendapatkan pengakuan masyarakat bahwa mereka ada dan memiliki kesetaraan dalam menjalani kehidupan di Negeri Indonesia. Program-program lainnya yang dijalankan oleh BKKKS Jatim melalui social entrepreneurship dengan tujuan untuk menjadikan masyarakat marjinal berdaya antara lain: Pendampingan dan pembekalan keterampilan daur ulang untuk anak-anak terlantar; pelatihan tata boga, tata rias, tata busana dan perbengkelan otomotif dasar dan cuci motor bagi warga disabilitas, belajar berkesenian (seni rupa, menari, menyanyi, music, karawitan) bagi anak disabilitas; dan Pemberdayaan dan pendampingan lansia melalui pendampingan membuat kecap dan keset.
Program rutin yang dijalankan setiap tahun sebagai sarana advokasi dan membangun kebersamaan di antara masyarakat marjinal yang juga menumbuhkan egalitarian-egalitarian pada generasi muda di antaranya: Peringatan hari disabilitas internasional (HDI) dengan menghimpun 2000 insan disabilitas di Jawa Timur, peringatan hari lansia yang menghimpun para lansia sejumlah 1500 orang lansia, buka puasa bersama dengan masyarakat tidak beruntung sejumlah 1000 orang, dan peringatan hari pahlawan yang mengajak 100 generasi muda melakukan renungan dan berdiskusi di area makam bapak pendiri bangsa Indonesia (Bung Karno) dengan tujuan melakukan refleksi bagaimana mengisi dan meneruskan perjuangan beliau di Negeri tercinta ini dengan harapan akan tumbuh kembali rasa nasionalisme di antara anak bangsa yang saat ini kehilangan model yang punya integritas dan martabat dalam membangun negeri yang berkedalian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
oleh : DR. Asri Widjiastuti, M. Pd (Sekretaris I BKKKS Prov. Jatim)