Pada hari kedua pelaksanaan KNKS di Batam tepatnya tanggal 19 Juli 2011, sejumlah peserta mengikuti presentasi Dr. Damayanti, Sp. THT dari Komite Nasional Gangguan Pendengaran dan Ketulian (KOMNAS PGPKT) yang berpusat di Jakarta. Setelah itu mengikuti kunjungan lapangan ke Pulau Bertam, pulau kecil dekat Pulau Batam yang penduduknya + 20 keluarga, satu setengah jam perjalanan dengan perahu motor sangkut (temple) dari pelabuhan fery Batam.
Sebelum naik perahu, panitia membagikan topi kertas bertuliskan “Sayangi Pendengaran Anda”, tepat sekali tulisan itu menyadarkan khalayak yang ada di pelabuhan yang gemuruh dengan suara fery, perahu motor angkut dan diperjalananpun para penumpang menemukan para penyelam local tanpa peralatan selam.
Itulah seruan atau kampanye dari Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (Komnas PGPKT) yang dibentuk guna menanggulangi gangguan pendengaran dan ketulian dalam rangka mencapai tujuan sound hearing 2030 : The Right To Better Sound Hearing.
Angka gangguan pendengaran dan ketulian dunia, menurut WHO tahun 2005 ada 278 juta orang (4,2%) penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, lima puluh persen (50%) dari jumlah itu ada di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Survey Nasional di 7 Provinsi di Indonesia tahun 1994 – 1996, gangguan pendengaran dialami 16,8% penduduk dan ketulian 0,4% dan setiap tahun diperkirakandi Indonesia lahir 5.000 bayi tuli.
1. Tuli sejak lahir
Tuli sejak lahir atau disebut tuli kongential merupakan ketulian, berdampak terluas dan terberat jika tidak ditolong anak tidak mampu bicara dan berbahasa, sulit berkomunikasi, sulit belajar, akan menjadi manusia sulit mandiri dan kurang dapat kesempatan kerja, akhirnya menjadi beban keluarga, beban masyarakat dan beban Negara.
Tuli kongetial bisa terjadi di saat kehamilan (dimana terjadi gangguan pembentukan pendengaran) atau saat proses kelahiran, prinsip tuli syaraf gradasi sedang dan berat terjadi pada kedua telinga. Adapun penyebab ketulian di masa kehamilan adalah :1) Infeksi masa kehamilan, campak, parotik (gondongan), terasing, infeksi TORCHS (Toksoplasma Rubella Cytonegeto Vario Herpes dan Sifilis), 2) Obat-obatan yang diminum ibu saat hamil seperti salisilat, kina, gentamisin, atreptomisin dll, 3) Cacat telinga marmed siput atau telinga tengah tidak terbentuk.
Ada ketulian saat lahir, yang disebabkan lahir premature, berat badan rendah (< 1500 gr) saat kelahiran dibantu alat (vacuum, foresego) bayi kuning (hiperbihirubinemia), lahir tidak langsung menangis (asifiksia), otak kekuurangan oksigen. Bagaimana menolong bayi-bayi ini? Penanganan khusus dimulai sebelum umur 6 bulan, lewat masa ini anak akan sulit belajar bicara secara rasional. Deteksi dini penting! Seharusnya semua bayi lahir diperiksa pendengarannya dengan alat OAE (Oto Aconitie Emmision), rumah sakit atau klinik bersalin dianjurkan memeriksa bayi lahir dengan alat OAE ini.
Tuli kongetial bisa juga diturunkan (genetik) oleh karena itu hindari perkawinan antar keluarga/sedarah. Bagaimana mengetahui bayi anda tuli? Gejala awal sulit diketahui karena saat itu ketulian tidak tampak. Orang tua baru sadar jika anak tidak bereaksi terhadap suara keras atau belum bicara pada umumnya 3 tahun. Perkembangan bicara berkaitan erat dengan perkembangan mendengar, maka curigai anak anda tuli di usia :
– 12 bulan belum dapat mengoceh atau meniru bunyi.
– 18 bulan tidak dapat menyebut 1 kata yang ada artinya.
– 24 bulan perbendaharaan kata kurang dari 10 kata.
– 30 bulan belum dapat merangkai 2 kata.
Bayi segera periksa ke dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan) untuk dikirm ke pusat kesehatan yang punya OAE, AABR (Artomated Audiory Brain Respon) atau ASSR (Antronate Study Stage Response) untuk dianalisis lengkap.
Setelah diketahui tuli apa yang dikerjakan? Jika bayi menjalani screning saat lahir, maka saat usia 3 bulan, semua pemeriksaan yang diperlukan sudah selesai dan penanganan dapat dimulai di usia 6 bulan berupa : pemberian ABD (Alat Bantu Dengar) akan membantu anak dalam proses pengenalan suara dan belajar bicara. Kemudian di usia 1,5 – 2 tahun anak mulai dilatih disarana pendidikan anak usia dini (PAUD), atau operasi tanam alat bantu dirumah siput untuk mendengar program implementasi kohler ini telah ada di Jakarta sejak tahun 2002 dan beberapa Kota lain di Indonesia.
2. Congek sebabkan tuli
Congek atau Otilis media suparatif kronis atau kopok, toher. Congek adalah peradangan selaput lendir rongga telinga bagian tengah disertai cairan/nanah yang keluar melalui lubang di gendang telinga. Cairan/nanah dapat keluar terus menerus atau hilang timbul, dapat kental dan berbau. Kejadian congek dipengaruhi berbagai faktor antara lain (ISPA) batu pilek tingkat sosio ekonomi dan keadaan gizi.
Bagaimana batuk pilek dapat menyebabkan congek? Jika ISPA tidak tuntas teratasi, daya tahan tubuh lemah atau kumannya ganas, maka infeksi dari hidung dan tenggorokan mencapai telinga tengah menyebabkan peradangan yang dapat berlanjut menjadi congek. Komplikasi congek dapat berupa ketulian, muka moncong akibat kelumpuhan saraf wajah, yang berbahaya adalah radang otak akibat infeksi menyebar ke otak dan kematian.
Ketulian akibatcongek karena adanya lubang di gendang telinga atau nanah dalam telinga tengah atau tulang pendengaran yang rusak/kropos, ketulian juga terjadi karena zat yang diproduksi kemudian merusak telinga dalam menyebabkan tuli serta pusing berputar. Gejala radang otak akibat konflikasi congek ke otak. Penderita mengalami sakit kepala hebat, demam, mual, muntah dan penurunan kesadaran.
Pengobatan congek berupa pemberian obat atau operasi, operasi bertujuan mengeluarkan nanah, jaringan sakit agar penyakit sembuh dan tidak berlanjut menyebabkan konflikasi berbahaya. Kejadian congek dan konflikasi yang berbahaya harus dikurangi melalui usaha-usaha penanggulangan secara promotif, proventif, kuratif dan rehabilitative. Diperlukan kerjasama yang terpadu baik dari masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan Pemerintah dalam hal ini Instansi Kesehatan.
3. Serumen (Kotoran Telinga)
Serumen atau kotoran telinga adalah hasil produkis kelenjar-kelenjar liang telinga, lepasan kulit dan partikel debu, berbau khas sebagai perlindungan agar serangga tidak masuk telinga. Warnanya coklat kehitaman, ada yang kuning dan keras hingga sulit dikeluarkan, kepadatannya dipengaruhi iklim, usia, kondisi lingkungan dan faktor keturunan. Jika berwarna putih curigai jamur, jika ada nanah keluar, curigai congek. Serumen umumnya di satu pertiga hari liang telinga, tetapi bisa mengembang menutup, liang telinga menyebabkan ketulian ringan sampai sedang.
Survey di Indonesia menunjukkan + 30 – 50% anak SD mengidap serumen yang menggangu pendengaran dan proses kelenjar. Para guru dan orang tua diharapkan menyenter liang telinga anak-anak dan murid-muridnya. Jika melihat ada serumen kirim anak ke Puskesmas/ dokter. Pada hari kesehatan pendengaran yang dideklarasikan tanggak 03 Maret 2010 dilaksanakan maka skrening dan pembersihan serumen anak-anak SD di beberapa Kota di Indonesia.
Bagi sekolah dasar yang membutuhkan screening pembersihan serumen, harap hubungi Komnas PGPKT. Telinga punya cara membersihkan diri, dibantu gerak rahang saat mengunyah, telinga tidak perlu dibersihkan, jika telinga rasa terganggu jangan dikorek-korek, periksakan ke puskesmas/Dokter.
4. Bising sebabkan tuli
Organ pendengaran dapat rusak akibat kebisingan dan ini disebut GPAB (Gangguan Pendengaran Akibat Bising) Bising adalah suara keras, bisa berasal dari pabrik/industry, lalu lintas, music, diskotik, bioskop, rumah tangga, dll. Perlu perhatian BISNIS DITEMPAT MAIN ANAK-ANAK BALITA dan REMAJA di MAL-MAL Kota Besar. Komnas PGPKT telah mengukur di 10 kota besar di Indonesia, hasilnya mengejutkan, kebisingan mencapai 90-97.9 desibel (db). Padahal diatas 85 db, para pekerja harus memakai perlindungan telinga. Bagaimanan nasib anak-anak ini? Mereka terancam ketulian di usia muda, jika Pemerintah tidak segera membuat peraturan pengendalian bising di tempat hiburan anak-anak.
Bising menggangu : 1) kesehatan fisik seperti peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, dll. 2) Kesehatan psikis seperti stress, iritasi, lelah, sulit tidur, sulit konsentrasi dll. Hal ini dapat membahayakan pekerja saat bertugas. Ketulian dikalangan pekerja industri/pabrik terjadi karena pekerja tidak pakai pelindung telinga, tidak menyadari resiko tuli. Pekerja agar sadar memelihara pendengarannya dan perusahaan agar meningkatkan program konservasi perlindungan.
Pekerja seni seperti pemusik, penari, penyanyi, penabuh gamelan, pembuat gong, terancam ketulian akibat bising, cegahlah, batasi waktu latihan, istirahatkan organ pendengaran. Masyarakat agar waspada dan sadar kondisi tempat bising demi menjaga kesehatan pendengaran.
5. Tuli Usia Tua (Presibikusis)
Tuli usia tua atau presbiskusis terjadi akibat proses degenerasi (penuaan) organ pendengaran. Jenis ketuliannya adalah tuli saraf (sensari meural). Ketulian terjadi di kedua telinga, apa gejalanya? Penurunan pendengaran mulai dari frekuensi/media tinggi hingga sulit mendengar pembicaraan di telepon dan percakapan ditempat ramai, selanjutnya pendengaran berangsur kurang pada semua frekuensi, tidak paham apa yang didengar dan timbul suara berdengung. Terjadi gangguan komunikasi sehingga akhirnya lansia cenderung menyendiri, kesepian, depresi, frustasi. Bahaya di jalan raya tidak dengar klakson, terancam kecelakaan lalu lintas.
Mengapa sudah tua menjadi tuli? Organ pendengaran menua, tidak elastik, tebal, sel sel berkurang, saraf melemah dll. Tuli usia tua dapat dipercepat jika sering terkena bising, diet yang menyebabkan perubahan metabolism tubuh, penyakit diabet, obat ototoksil, polusi kimia dan factor keturunan. Dll.
Apa obatnya? Karena proses salami tidak ada obatnya, justru proses berlanjut sendiri peningkatan usia, penderita ditolong dengan Alat Bantu Dengar (ABD) untuk memproses (amplifikasi selektif) suara sekitar, dibantu ajaran bibir (lip reading). Sayang ABD harganya mahal, karena belum diproduksi di dalam negeri, pajaknya tinggi, belum masuk kategori alat kesehatan.
Semoga kampanye dari KOMNAS PGPKT ini terbaca oleh semua elemen masyarakat dan instansi kesehatan sudah siap melaksanakan pelayanan bagi warga masyarakat yang membutuhkannya, terima kasih. (MS)