Perjalanan panjang dari P. Samosir menuju Kota Binjai bersama rombongan BK3S Jawa Timur (Ny.Hj. Sri Murti Sutarjo, Ny. Hj.Asijah Djoemra, Ny.Hj. Indijati Sukiadi,SH, Drs. Machdar Somadisastra, Drs. Soeroso, Drs. Sutopo Wahyu Utomo,SH,MM, Drs. Moch. Ghozy,M.Si, Prof. Dr. Ir. Sunaryo,M.Pd., Asri Wijiastuti, dan Dra. Dyah Purnamasari KW) yang dipimpin Dr. H. Tjuk Kasturi Sukiadi, SE pada tanggal 22 Juli 2011 untuk bercermin pada kiprah sosial yang dilakukan Ibu Rohana dalam mewujudkan LPPLU terbaik nasional. Sesampai di Kota Binjai kami diterima Asisten II di Kantor Walikota dan dilanjutkan perjalanan menuju lokasi LPPLU Kota Binjai. Rasa lelah dan terik panas seakan sirna ketika ibu-ibu lansia berjajar rapi menyambut kami diujung jalan dengan nyanyian yang diiringi lantunan irama hadrah. Ibu Rohana merupakan salah satu dari sekian tokoh wanita yang memperjuangkan keberadaan lansia di Kota Binjai. Beliau tidak hanya aktif dalam dunia pendidikan, keagamaan, sosial, namun juga memiliki peranan yang sangat berarti dalam sejarah perjuangan berdirinya LPPLU Kota Binjai. Pada tanggal 29 Mei 2003 Beliau bersama-sama beberapa rekan kerjanya menggagas berdirinya sebuah lembaga yang sangat peduli dengan lansia yang diberi nama Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia (LPPLU) Kota Binjai. Sampai saat ini ada sejumlah 2000 orang anggota LPPLU Kota Binjai. Kegiatan yang dilakukan diawali dengan melaksanakan pengajian antar kecamatan secara bergantian setiap hari selasa dan mengadakan pengajian gabungan dari seluruh anggota LPPLU Kota Binjai di Masjid An Nur Jl. Umar Bakti No. 3 Kelurahan Tangsi Kota Binjai setiap hari Jum’at. Kegiatan bulanan yang dilakukan adalah memberikan bantuan kesejahteraan social bagi anggota dan bukan anggota yang tidak mampu berupa beras, gula, mie instant dan uang sebesar Rp. 10.000,- dalam bentuk bantuan kesejahteraan social permanen. Sebagian dananya merupakan bantuan dari Departemen Sosial RI dan sebagian lainnya berasal dari uang pribadi dan sumbangan dari donator lainnya. Setiap bulan pada hari Jum’at pagi melakukan senam lansia dengan mengundang pelatih senam dan diberikan makanan bergizi dalam bentuk bubur kacang hijau, telur rebus, roti, susu. Kegiatan tahun dilakukan dengan memperingati hari besar Islam dan peringatan HUT LPPLU setiap 29 Mei. Di luar kegiatan rutin LPPLU juga mengadakan wisata yang disponsori Walikota Binjai dan melakukan kegiatan asuransi kesejahteraan social bagi pra lansia dengan menabung sebesar Rp. 5.000,-/ orang selama 3 tahun. Apabla mereka sakit akan mendapat santunan sebesar Rp. 100.000,-/tahun. Apabila peserta meninggal ahli waris mendapat santunan sebesar Rp. 200.000,-, tahun kedua mendapat santunan sebesar Rp. 400.000,- dan tahun ketiga mendapat santunan sebesar Rp. 600.000,- ditambah uang tabungan yang sudah terkumpul. Saat ini LPPLU telah mewujudkan rumah singgah (home care service) sebagai tempat bersosialisasi dan tempat melakukan aktivitas produktif membuat makanan olahan dan kerajinan bordir dan handicraft lainnya. Karya yang dihasilkan dipamerkan dan dijual pada saat kami mengadakan kunjungan ke rumah singgah yang masih mengontrak rumah di Jl. Kol. Achyar C g Keluraga No. 1 Kelurahan tangsi Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai. di usia 85 tahun masih gesit dan lantang memimpin LPPLU. Beliau senantiasa berbuat untuk kepentingan masyarakat sosial. Apapun yang ditempuh Ibu Rohana Ridwan semata-mata beliau menginginkan agar bangsa Indonesia terutama kaum perempuan lansia menjadi warga yang memiliki manfaat di akhir kehidupannya, dan memiliki manfaat sosial agar terlepas dari rasa kesepian dan merasa dibuang. Untuk mengenal beliau lebih jauh berikut biodata yang sempat kami rekam.
Ibu Hj. Rohana Ridwan lahir di Bukit Tinggi, 26 Desember 1926. Dengan latar pendidikan SD MIS Belanda Bukit Tinggi Sumatra Barat Tahun 1946, SLTP (Modevak School Jurusan Imona, INS) Tahun 1949, SLTA (SGKP Negeri Jurusan Bahasa Inggris) Padang Tahun 1955, Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatra Utara Tahun 1973. Dengan pendidikan yang mapan beliau memulai karir menjadi seorang guru SRT Keutamaan Putri Bukit Tinggi Tahun 1947-1951, guru SGKP Aisyiyah Tahun 1951-1956 di Bukit Tinggi, Kepala sekolah SKP Tahun 1956-1963, Kepala sekolah SGKP Taman Putri Binjai Tahun 1958-1963, Pembina Putri Pramuka Kabupaten Langkat tahun 1980, Ketua Korps Wanita Veteran RI Tahun 1991 sampai sekarang, Ketua Peranita Legiun Veteran RI Kota Binjai Tahun 2002 sampai sekarang, Ketua LPPLU Kota Binjai Tahun 2003 sampai sekarang, Wakil ketua I Lembaga Pemberdayaan Perempuan Lanjut Usia Sumatra Utara. Perkawinan dengan H.M. Ridwan rasyid dikarunia 4 putra dan 5 orang putrid yang kesemuanya sukses di pendidikan dan kehidupan berkat kerja social yang dilakukan ibunda Rohana. Salah satu putrinya menjadi ahli farmasi dan tinggal di Amerika Serikat. Penghargaan yang pernah beliau dapatkan adalah tanda penghargaan oleh panitia pasar malam amal bhakti Bukit Tinggi tahun 1956, penghargaan Hari pendidikan Binjai tahun 1961, penghargaan HUT Kemerdekaan RI ke 20 Langkat tahun 1962 di Binjai, Penghargaan Bupati Kabupaten Langkat tahun 1977, Anugerah Kehormatan Veteran RI tahun 1981 oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Letjen Sudomo, Penghargaan Ibu Teladan Sumatra Utara tahun 1988, penghargaan ibu teladan nasional II tahun 1989, penghargaan PMI tahun 1966, dan penghargaan wakil ketua PKK selama 20 tahun dari Gubernur Sumatra Utara tahun 1998.
Kiprah dan perjuangan beliau kepada bangsa tercinta ini menunjukkan bahwa peradapan kaum perempuan tidak lagi hanya berkisar masalah domestic tapi ikut terlibat dalam pekerjaan social. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan ikon perempuan Indonesia, Ibu Kartini. Perempuan yang mewakili jati diri Indonesia, perempuan cerdas yang menginspirasi, open minded, tidak cepat putus asa, tetapi tetap menyadari fitrahnya sebagai perempuan. Emansipasi sebagai wujud peradapan perempuan yang ditunjukkan Kartini bukanlah liberalisasi, bukan pula feminisasi. Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang, belum sampai tujuan, tetapi masih dalam proses. Melalui kiprah nyata Ibu Rohana perempuan 85 tahun masih menunjukkan eksistensinya dengan mendedikasikan dirinya dalam kegiatan social dan kerelawanan. Bagaimana generasi muda penerus bangsa akan memaknai kearifan yang sudah dicontohkan oleh Ibu Rohana-ibu Rohana di negeri ini. Kalau saja muncul 100 saja Ibu Rohana-ibu Rohana berikutnya persoalan social di negeri ini akan menemukan jalannya. Peradapan perempuan yang di perjuangkan Kartini tersirat pada isi Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 oktober 1902. Seorang kartini tetap kembali kepada fitrah, perempuan harus cerdas, mengejar cita-citanya, kejar ilmu setinggi mungkin, bukan obsesi mengalahkan pria, tetapi untuk kepentingan abadi, karena seorang ibu memiliki tugas mulai yaitu pendidik awal bagi manusia baru. Saya sangat berharap akan hadir ibu-ibu baru yang cerdas dan memiliki dedikasi social yang akan melahirkan generasi baru mendatang yang humanistic, memiliki kepekaan nurani, moral dan spiritual. Ibu yang akan membawa generasi mendatang dari kegelapan bangsa ini ke jalan terang benderang menyongsong Fajar. “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Oleh : Asri Wijiastuti (Sekretaris I BK3S Jatim)